Tidak sedikit orang Kristen yang mendengarkan khotbah seperti yang dimaksudkan oleh pendeta, tetapi menurut asumsi sendiri. Inilah yang mengakibatkan banyak orang Kristen yang tidak mengalami kemerdekaan dan terobosan, karena salah dalam mengerti dan mengapresiasikan firman Tuhan. Ketika Yesus berkata: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki" murid-murid-Nya mengasumsikan Yesus sedang berbicara soal ragi roti. Padahal Ia sedang membicarakan ragi ajaran orang Farisi dan Saduki (Mat. 16:5-12)
Musa menyangka dengan membunuh seorang Mesir, saudara-saudaranya akan mengerti bahwa Tuhan memakainya (Kis. 7:22-25). Karena asumsinya itulah, akhirnya ia melarikan diri. Kita sering mengasumsikan sendiri bagaimana seharusnya melayani Tuhan dan apa yang Tuhan kehendaki dalam diri kita. Kita bukan mengenal Tuhan dengan hati, tetapi mengerti Tuhan dengan asumsi.
Naaman, panglima tentara Aram, hampir saja tidak mengalami kesembuhan dari penyakit kustanya, karena ia marah terhadap perlakuan Elisa yang tidak sesuai dengan asumsi atau harapannya (2 Raj 5:11). Kapal yang ditumpangi oleh Paulus akhirnya terombang-ambing dilanda badai karena perwira, jurumudi dan nahkoda kapal menyangka keadaan akan menjadi baik (Kis. 27:11-13).
Asumsi sangat berbahaya karena beberapa alasan. Pertama, asumsi dapat memimpin kita kepada kesimpulan, keputusan dan tindakan yang salah. Kedua, asumsi menggunakan pikiran kita sendiri yang belum tentu menggambarkan keadaan yang sesungguhnya. Ketiga, asumsi akan membuat kita tidak dapat menerima tuntutan Tuhan. Keempat, asumsi akan menimbulkan kesalahan dalam komunikasi. Kelima, asumsi akan mengacaukan koordinasi kerja dan kelompok.
Bahan sharing EF :
- Pernahkah kita menggunakan asumsi sendiri ketika mendengarkan sebuah khotbah atau ketika bercakap-cakap dengan orang lain? Bagaimana hasil dari asumsi tersebut?
- Pernahkah kita mengasumsikan kehendak dan rencana Tuhan dalam hidup kita dan ternyata asumsi tersebut salah?
- Bagaimana cara agar kita terhindar dari asumsi dalam percakapan, menilai orang lain, mendengarkan khotbah dan pengajaran, menerima nasihat atau teguran?
Sumber:
GBI ECCLESIA
Musa menyangka dengan membunuh seorang Mesir, saudara-saudaranya akan mengerti bahwa Tuhan memakainya (Kis. 7:22-25). Karena asumsinya itulah, akhirnya ia melarikan diri. Kita sering mengasumsikan sendiri bagaimana seharusnya melayani Tuhan dan apa yang Tuhan kehendaki dalam diri kita. Kita bukan mengenal Tuhan dengan hati, tetapi mengerti Tuhan dengan asumsi.
Naaman, panglima tentara Aram, hampir saja tidak mengalami kesembuhan dari penyakit kustanya, karena ia marah terhadap perlakuan Elisa yang tidak sesuai dengan asumsi atau harapannya (2 Raj 5:11). Kapal yang ditumpangi oleh Paulus akhirnya terombang-ambing dilanda badai karena perwira, jurumudi dan nahkoda kapal menyangka keadaan akan menjadi baik (Kis. 27:11-13).
Asumsi sangat berbahaya karena beberapa alasan. Pertama, asumsi dapat memimpin kita kepada kesimpulan, keputusan dan tindakan yang salah. Kedua, asumsi menggunakan pikiran kita sendiri yang belum tentu menggambarkan keadaan yang sesungguhnya. Ketiga, asumsi akan membuat kita tidak dapat menerima tuntutan Tuhan. Keempat, asumsi akan menimbulkan kesalahan dalam komunikasi. Kelima, asumsi akan mengacaukan koordinasi kerja dan kelompok.
Bahan sharing EF :
- Pernahkah kita menggunakan asumsi sendiri ketika mendengarkan sebuah khotbah atau ketika bercakap-cakap dengan orang lain? Bagaimana hasil dari asumsi tersebut?
- Pernahkah kita mengasumsikan kehendak dan rencana Tuhan dalam hidup kita dan ternyata asumsi tersebut salah?
- Bagaimana cara agar kita terhindar dari asumsi dalam percakapan, menilai orang lain, mendengarkan khotbah dan pengajaran, menerima nasihat atau teguran?
Sumber:
GBI ECCLESIA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar