Jumat, 11 November 2016

KEDEWASAAN ROHANI

Kolose 4:12

Untuk menjadi seorang yang dewasa tidak cukup hanya sekedar mengalami pertumbuhan fisik yang penuh dengan aktivitas. Tetapi dibutuhkan pembentukan yang sistematis. Bila kekristenan kita masih kanak-kanak maka kita akan dengan sangat mudah diombang-ambingkan oleh berbagai angin pengajaran sehingga kita menjadi bingung. Oleh karena itu, untuk bisa tetap teguh di dalam Dia, kita harus bertumbuh di dalam segala hal ke arah Kristus, bukan ke arah yang lain  (Ef. 4:14-15). Tuhan menghendaki agar kita menjadi serupa dengan Kristus, bukan hanya sekedar diselamatkan dan menjadi orang percaya  (Ef.4:13). Inilah yang harus menjadi tujuan hidup orang Kristen.

Ketika manusia diciptakan, Tuhan menjadikannya menurut rupa dan gambar-Nya. Sebelum jatuh ke dalam dosa, manusia memiliki sifat, karakter dan kepribadian Tuhan sepenuhnya. Itu sebabnya Tuhan Yesus datang ke dunia bukan hanya sekedar memindahkan manusia dari gelap kepada terang, tetapi menjadikannya serupa dengan Kristus.  Selama kita tidak beranjak menjadi akil balig, maka kita akan takluk kepada roh-roh dunia (Gal 4:3)

Apa saja karakteristik dari roh-roh dunia ini
1. Lemah (Gal. 4:9)
Selama kita tidak menjadi dewasa, maka kita akan sering mengalami kelemahan dan selalu merasa tidak memiliki kekuatan untuk bangkit dan mengalami kemenangan
2. Memperbudak / mengikat
Selama kita belum menjadi akil balig, kita akan berada di bawah belenggu dan ikatan yang akan memperbudak kita.

Tidak ada jalan pintas yang dapat membawa kita kepada kedewasaan rohani. Kita tidak dapat menjadi dewasa rohani dengan mengalami pengalaman spiritual seperti melihat malaikat atau melihat sorga atau dengan membaca buku tertentu atau menghadiri seminar tertentu. Jadi, kedewasaan rohani tidak terjadi secara otomatis sekalipun sudah lama menjadi orang Kristen  (Ibr. 5:12-14 , tetapi melalui sebuah proses  (2 Pet 3:18).


Bahan sharing :
- Mengapa ada orang Kristen yang dapat terombang-ambing imannya?
- Bagaimana supaya kita dapat menjadi serupa dengan Kristus?


Sumber:
GBI ECCLESIA

Rabu, 09 November 2016

MASALAH ADALAH BERKAT

Yeremia 27:8,9,11

Ayub 42:5


Masalah, termasuk penyakit, sengsara dan tekanan seringkali dipakai oleh Tuhan sebagai alat yang efektif untuk membentuk umat-Nya. Mungkin kita dapat berkata, "Tidak akan ada pembentukan tanpa adanya masalah. " Tuhan memakai Nebukadnezar, raja Babel untuk membentuk umat-Nya. Bahkan mereka yang tidak mau takluk kepada Nebukadnezar akan dihukum oleh Tuhan  (Yer. 27:8)

Ada beberapa orang Kristen yang mengajarkan untuk menghindari dan menolak masalah  (Yer. 27:9). Mereka yang rela mengikuti proses Tuhan justru akan dipelihara Tuhan dan berkat - Nya tidak berhenti sementara berada di Babel  (Yer. 27:11) Tujuan Tuhan mengijinkan masalah masalah sebenarnya adalah untuk memberkati kita. Apa yang dihasilkan setelah pengalaman Babel tersebut? Perhatikan Yeremia 32:36-44. Mereka dipulihkan, hati dan tingkah laku mereka menjadi tidak bercabang lagi, Tuhan akan mengikat perjanjian dengan mereka dan roh takut akan Tuhan ada di dalam hati mereka. Tuhan mendatangkan keberuntungan dan produktivitas kepada mereka.

Penderitaan dan kesusahan yang begitu hebat yang dialami oleh Ayub membuat dia dapat melihat dan mengenal Tuhan secara pribadi, bukan dari kata orang saja  (Ayb. 42:5) / istrinya tidak dapat melihat hal itu sebagai berkat. Itulah sebabnya ia menganjurkan Ayub agar menjuluki Tuhan  (Ayb. 2:9). Banyak orang Kristen yang kecewa kepada Tuhan atau mengutuki Tuhan ketika mereka menghadapi masalah berat karena tidak mengerti bahwa masalah sebenarnya dapat menjadi berkat bagi mereka.

Masalah adalah berkah atau bencana bagi kita,  tergantung bagaimana cara pandang kita terhadap masalah tersebut dan tergantung kepada siapa kita menggantungkan hidup kita. Kepada diri sendiri, kepada manusia yang bisa gagal atau kepada Tuhan Allah yang hidup yang tidak akan pernah gagal.

Bahan sharing EF :
- Bagaimana sikap dan reaksi kita dalam menghadapi masalah?
-Mengapa kita melihat masalah sebagai suatu berkat / bencana?

Sumber :
GBI ECCLESIA

MENEMUKAN TUJUAN DALAM ECCLESIA FAMILY


Alkitab menunjukkan bahwa kelompok-kelompok kecil pada zaman perjanjian baru melakukan tujuan -tujuan alkitabiah diantaranya seperti Persekutuan, Pemuridan, Pelayanan, Penginjilan, dan Penyembahan Kis 2:42-47. Jelaslah bahwa pada zaman dahulu maupun sekarang kelompok-kelompok kecil yang sehat sudah seharusnya berfokus pada keseimbangan dari tujuan-tujuan ini. Kelompok-kelompok kecil yang bertemu dirumah-rumah seperti yang disampaikan dalam kitab Kisah Para Rasul adalah bagian strategis dari gereja, karena lewat kelompok-kelompok kecil ini gereja dapat bertumbuh menjadi lebih baik dalam kuantitas maupun kualitas.

1. Persekutuan: "mereka berkumpul. .. dan makan bersama dengan gembira dan tulus hati." Dengan berkumpul dalam kelompok kecil kita dapat mengenal bahwa kita adalah bagian dari keluarga Allah dan kita sedang bersekutu bersama-sama. Hal seperti ini juga yang dilakukan oleh Tuhan Yesus dalam Perjanjian Baru, dimana Dia membentuk keluarga kecil yang terdiri dari dua belas orang dan menjalani hidup bersama mereka. Persekutuan sejati tidak hanya menghubungkan kita dan orang lain tetapi juga menghubungkan semuanya dengan Kristus.
2. Pemuridan: Alkitab berkata "mereka bertekun dalam pengajaran Rasul-rasul. "Ini berarti mereka menyerahkan diri untuk bertumbuh dan menjadi dewasa dalam Kristus dan untuk mencapai hal ini mereka berkumpul dirumah-rumah dan mempelajari kembali apa yang sudah diajarkan dibait Allah. Kitapun juga perlu melakukan hal ini, namun perlu diingat bahwa melakukan pemahaman Alkitab hanyalah salah satu bagian dari pemuridan. Pemuridan bukan hanya belajar tentang Firman Tuhan, tetapi juga menerapkan kebenaran Firman itu dalam setiap aspek hidup kita. Kelompok kecil bisa menolong kita untuk melakukan hal tersebut.
3. Pelayanan: "mereka membagikan kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing." Kita tidak hanya cukup mengikuti pertemuan sel setiap minggu, tetapi perlu juga terlibat dalam pelayanan yang benar-benar memenuhi kebutuhan orang-orang di dalam gereja  (melayani satu sama lain dalam hal-hal yang praktis seperti menegur, menanyakan kabar, mempersilakan duduk, mencari, menghantar ke tempat duduk yang kosong) terkadang juga pelayanan bisa terjadi dikelompok kita sendiri ketika mereka menghadapi situasi sulit, kita dapat menemani, memberi kekuatan, dan mencari solusi secara bersama-sama.  Hal ini seringkali bisa membuat anggota menemukan betapa Tuhan telah memberi mereka orang-orang yang sangat mengasihi dan mencintai mereka.
4. Penginjilan: pelayanan adalah sebuah cara melayani sesama orang percaya. Misi adalah cara untuk melayani dunia (dan orang tidak percaya) pada umumnya. "Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan. "Dunia berarti lingkungan disekitar anda, komunitas anda, serta bagian dunia lainnya.  Misi dapat dimulai dengan hal yang sederhana seperti berdoa bagi lingkungan sekitar, yang kemudian dilanjutkan dengan merancangkan berbagai kegiatan untuk membangun hubungan dengan orang-orang tersebut.
5. Penyembahan: "mereka bertekun... untuk memecahkan roti dan berdoa sambil memuji Allah. "Penyembahan bukan sekedar nyanyian yang kita nikmati sepanjang ibadah akhir pekan.  Penyembahan adalah tentang penyerahan diri kepada Kristus sampai anda mengalami hidup yang makin berkelimpahan dan memiliki karakter yang makin seperti Kristus. Kelompok kecil bisa membantu kita untuk menemukan arti dari penyembahan yang sesungguhnya yakni menjalani hidup dengan mengenakan karakter Kristus.

Bahan sharing EF:
- Dampak apa yang kita rasakan setelah bergabung dalam EF?
- Seberapa sering kita bersaksi tentang pentingnya ber EF kepada orang-orang yang belum bergabung dalam EF?


Sumber :
GBI ECCLESIA

KEDEWASAAN ROHANI

Kolose 4:12

Untuk menjadi seorang yang dewasa tidak cukup hanya sekedar mengalami pertumbuhan fisik yang penuh dengan aktivitas. Tetapi dibutuhkan pembentukan yang sistematis. Bila kekristenan kita masih kanak-kanak maka kita akan dengan sangat mudah diombang-ambingkan oleh berbagai angin pengajaran sehingga kita menjadi bingung. Oleh karena itu, untuk bisa tetap teguh di dalam Dia, kita harus bertumbuh di dalam segala hal ke arah Kristus, bukan ke arah yang lain  (Ef. 4:14-15). Tuhan menghendaki agar kita menjadi serupa dengan Kristus, bukan hanya sekedar diselamatkan dan menjadi orang percaya  (Ef.4:13). Inilah yang harus menjadi tujuan hidup orang Kristen.

Ketika manusia diciptakan, Tuhan menjadikannya menurut rupa dan gambar-Nya. Sebelum jatuh ke dalam dosa, manusia memiliki sifat, karakter dan kepribadian Tuhan sepenuhnya. Itu sebabnya Tuhan Yesus datang ke dunia bukan hanya sekedar memindahkan manusia dari gelap kepada terang, tetapi menjadikannya serupa dengan Kristus.  Selama kita tidak beranjak menjadi akil balig, maka kita akan takluk kepada roh-roh dunia (Gal 4:3)

Apa saja karakteristik dari roh-roh dunia ini
1. Lemah (Gal. 4:9)
Selama kita tidak menjadi dewasa, maka kita akan sering mengalami kelemahan dan selalu merasa tidak memiliki kekuatan untuk bangkit dan mengalami kemenangan
2. Memperbudak / mengikat
Selama kita belum menjadi akil balig, kita akan berada di bawah belenggu dan ikatan yang akan memperbudak kita.

Tidak ada jalan pintas yang dapat membawa kita kepada kedewasaan rohani. Kita tidak dapat menjadi dewasa rohani dengan mengalami pengalaman spiritual seperti melihat malaikat atau melihat sorga atau dengan membaca buku tertentu atau menghadiri seminar tertentu. Jadi, kedewasaan rohani tidak terjadi secara otomatis sekalipun sudah lama menjadi orang Kristen  (Ibr. 5:12-14 , tetapi melalui sebuah proses  (2 Pet 3:18).

Bahan sharing :
- Mengapa ada orang Kristen yang dapat terombang-ambing imannya?
- Bagaimana supaya kita dapat menjadi serupa dengan Kristus?

Sumber:
GBI ECCLESIA

HATI-HATI DENGAN ASUMSI

2 Raja-raja 5:11


Tidak sedikit orang Kristen yang mendengarkan khotbah seperti yang dimaksudkan oleh pendeta, tetapi menurut asumsi sendiri. Inilah yang mengakibatkan banyak orang Kristen yang tidak mengalami kemerdekaan dan terobosan, karena salah dalam mengerti dan mengapresiasikan firman Tuhan.  Ketika Yesus berkata: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki" murid-murid-Nya mengasumsikan Yesus sedang berbicara soal ragi roti. Padahal Ia sedang membicarakan ragi ajaran orang Farisi dan Saduki  (Mat. 16:5-12)

Musa menyangka dengan membunuh seorang Mesir, saudara-saudaranya akan mengerti bahwa Tuhan memakainya  (Kis. 7:22-25). Karena asumsinya itulah, akhirnya ia melarikan diri. Kita sering mengasumsikan sendiri bagaimana seharusnya melayani Tuhan dan apa yang Tuhan kehendaki dalam diri kita. Kita bukan mengenal Tuhan dengan hati, tetapi mengerti Tuhan dengan asumsi.

Naaman, panglima tentara Aram, hampir saja tidak mengalami kesembuhan dari penyakit kustanya, karena ia marah terhadap perlakuan Elisa yang tidak sesuai dengan asumsi atau harapannya  (2 Raj 5:11). Kapal yang ditumpangi oleh Paulus akhirnya terombang-ambing dilanda badai karena perwira, jurumudi dan nahkoda kapal menyangka keadaan akan menjadi baik (Kis. 27:11-13).

Asumsi sangat berbahaya karena beberapa alasan. Pertama, asumsi dapat memimpin kita kepada kesimpulan, keputusan dan tindakan yang salah. Kedua, asumsi menggunakan pikiran kita sendiri yang belum tentu menggambarkan keadaan yang sesungguhnya. Ketiga, asumsi akan membuat kita tidak dapat menerima tuntutan Tuhan. Keempat, asumsi akan menimbulkan kesalahan dalam komunikasi. Kelima, asumsi akan mengacaukan koordinasi kerja dan kelompok.

Bahan sharing EF :
- Pernahkah kita menggunakan asumsi sendiri ketika mendengarkan sebuah khotbah atau ketika bercakap-cakap dengan orang lain? Bagaimana hasil dari asumsi tersebut?
- Pernahkah kita mengasumsikan kehendak dan rencana Tuhan dalam hidup kita dan ternyata asumsi tersebut salah?
- Bagaimana cara agar kita terhindar dari asumsi dalam percakapan,  menilai orang lain, mendengarkan khotbah dan pengajaran, menerima nasihat atau teguran?


Sumber:
GBI ECCLESIA

MENGEMBANGKAN PEMBERIAN ISTIMEWA

Yesaya 43 : 4

Di dunia ini tidak ada dua orang pun yang sama, ini berarti bahwa Tuhan menciptakan setiap manusia dengan  keunikan masing-masing dan di sertai dengan kemampuan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Hal ini harus kita terima sebagai sesuatu yang luar biasa. Oleh sebab itu bukan tanpa dasar jika Tuhan berkata bahwa kita berharga dimata-Nya. Karena kita adalah ciptaan yang istimewa. Namun dewasa ini banyak orang yang tidak dapat memahami secara benar keistimewaan dan keunikannya dimata Tuhan sehingga mereka sering kali menyesali, meremehkan bahkan mengutuk dirinya sendiri hanya karena situasi-situasi sulit yang dihadapinya. Ada beberapa catatan yang perlu kita perhatikan, agar kita tidak mudah terseret dalam pemikiran yang salah tentang keberadaan kita.


1. Jangan membandingkan diri kita dengan siapapun termasuk saudara kandung kita sendiri, sebab tidak ada satupun yang sebanding dengan kita.

Orang-orang yang terbiasa membandingkan dirinya dengan orang lain adalah orang yang tidak menerima, tidak memahami dan mengerti kebesaran Tuhan itu. Orang yang mengerti kebesaran Tuhan akan menerima keberadaannya dengan sukacita sebab dia memahami benar bahwa keberadaannya berharga di mata Tuhan.  Tuhan tidak merancangkan kecelakaan, kegagalan, namun merancangkan damai sejahtera dalam hari-hari depan yang penuh pengharapan. Menyadari hal ini membuat kita akan kuat dalam menjalani hari-hari hidup ini, sekalipun ada banyak hal-hal sulit silih berganti datang dalam hidup kita.

2. Jangan berusaha menjadikan diri kita seperti orang yang kita kagumi / menjadi seperti orang lain, akan tetapi menjadi seperti yang Tuhan rancangkan. Tidak ada satupun manusia di dunia ini yang memiliki kesamaan antara satu dengan yang lainnya, sekalipun mereka terlahir kembar. Ini memberi gambaran bahwa kita akan menjadi seperti kita, bukan kita akan menjadi seperti dia. Dengan demikian jangan berjuang untuk mencontoh dan berusaha menjadi seperti orang yang kita kagumi tersebut, namun berjuanglah untuk menjadi seperti yang Tuhan kehendaki atas diri kita. Oleh sebab itu kita mesti berusaha menemukan rancangan Tuhan terhadap diri kita, bukan membuat rancangan sendiri terhadap diri kita lalu menyuruh Tuhan melaksanakannya.

3. Nilai diri kita tidak dapat di bandingkan dengan siapapun
Kegagalan yang sering menguasai banyak orang adalah ketidakpahaman yang keliru. Kita mesti menyadari bahwa nilai yang melekat pada diri kita adalah nilai yang tidak dapat dinilai.  Oleh sebab itu keberadaan kita hari ini sangat bernilai dan hal tersebut tidak dapat digantikan oleh apapun sebab nilai kita adalah senilai darah Tuhan Yesus. Jadi jangan meremehkan diri kita dan merasa orang lain lebih bernilai,  sebab kita ini bernilai.

Bahan sharing EF :
- Pernahkah kita merasa tidak mensyukuri keberadaan kita? Dalam hal apa?
- Apakah hal yang menurut kita istimewa dalam kepribadian kita yang tidak dimiliki oleh orang lain?


Sumber:
GBI ECCLESIA

MENCARI YESUS UNTUK APA?

Lukas 4:42


Bila kita membaca Lukas 4:42-44, maka terlihat jelas bahwa orang banyak mencari Yesus, lalu menemukan-Nya, berusaha menahannya agar tidak meninggalkan mereka  (Luk. 4:42). Banyak orang berusaha mencari Yesus  (beribadah, berdoa, dan menyembah) untuk kepentingan mereka sendiri : berkat, terobosan, karier, kesembuhan, pertolongan,  penyelesaian masalah, mujizat dan seterusnya. Fokus pencarian Yesus adalah untuk diri sendiri.


Seharusnya mereka mencari Yesus ditujukan agar kita dapat mengalami perubahan, sehingga kehidupan kita dipulihkan dan kita dapat mengenal dan melayani Tuhan secara benar. Itulah yang terjadi pada diri Zakheus  (Luk. 19:1-10). Zakheus ingin melihat wajah-Nya. Ketika ia berdialog dengan Yesus secara pribadi dirumahnya, ia mengalami perubahan yang drastis dan keluarganya dipulihkan. Zakheus ingin berjumpa dengan Yesus bukan untuk kepentingan pribadinya. Sepanjang kita masih mencari Yesus sebatas kegiatan agama  (bukan hubungan atau kehidupan), maka kita hanya akan melihat Yesus sebatas kepentingan diri sendiri atau kelompok.

Bukankah Petrus juga mencoba melakukan hal yang sama dengan mencoba membuat tiga kemah untuk Musa, Elia dan Yesus agar ketiganya tetap dekat dengan dirinya, Yakobus dan Yohanes di atas gunung  (Luk. 9:28-36). Pengalaman spiritual Petrus yang begitu hebat di atas gunung tidak dijadikan momentum untuk melayani Tuhan secara lebih baik. Ia menjadikan pengalaman tersebut untuk kepentingan pribadi saja.

Yesus menghendaki agar Injil Kerajaan Allah diberitakan di kota-kota lain, bukan hanya untuk kepentingan kelompok sendiri, atau diri sendiri (Luk. 4:43). Jadi, Tuhan ingin agar diri kita menjadi berkat bagi komunitas, bukan sebaliknya mencari Tuhan untuk kepentingan sendiri. Dia ingin agar kita dapat berjumpa dan mengenal Dia dan kemudian memberikan hidup kita untuk kemuliaan-Nya, bukan untuk keuntungan dan kepentingan kita.

Bahan sharing EF:
- Melalui apa saja kita dapat berjumpa dengan Yesus?
- Apakah yang kita harapkan melalui perjumpaan pribadi dengan Yesus?


Sumber :
GBI ECCLESIA

Selasa, 08 November 2016

AMAN DALAM LINDUNGAN TUHAN

Mazmur 23:1-6


Kehidupan manusia di dunia ini tidak dapat di prediksi, terkadang mengalami kesukaan, terkadang juga mengalami kedukaan. Ini berarti manusia tidak dapat memberi jaminan kepada dirinya bahwa dia akan selalu berada dalam keadaan baik. Hal ini berbeda dengan kehidupan orang percaya yang akan selalu penuh dengan berkat. Orang percaya juga bisa mengalami kehidupan yang penuh masalah, problem dan pergumulan. Ada hal yang perlu kita perhatikan dalam menjalani kehidupan sebagai orang percaya, sehingga kita tidak terjebak dalam kehidupan orang percaya yang berkonsep selalu diberkati, menang dan menuai.

1. Ada waktu dimana kita mengalami berkat dan anugrah.
Maz 23 : 2 "Padang rumput yang hijau dan air yang tenang" memberi gambaran kepada kita bahwa dalam perjalanan hidup orang percaya selalu tersedia berkat Tuhan. Tuhan menjadi sumber berkat satu-satunya dan berkat itu telah tersedia bagi orang percaya. Jadi jangan mencari berkat kepada "tuhan-tuhan" yang lain

2. Ada waktu dimana kita mengalami tantangan
Dalam Maz 23 : 4 "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman" memberi petunjuk atau gambaran kepada kita bahwa sebagai orang percaya sewaktu-waktu kita pun akan mengalami atau masuk kedalam situasi-situasi yang tidak ideal atau tidak baik. Kita sebagai orang percaya juga bisa mengalami situasi-situasi sulit yang tidak jarang mengguncang iman percaya kita sehingga kita menjadi bertanya apakah Tuhan itu ada? Apakah Tuhan memperhatikan keadaan kita?  Apakah Tuhan sayang pada kita? Atau justru Tuhan sebenarnya tidak ada dan Tuhan memang tidak perduli dengan keberadaan kita? Jika kita berada dalam situasi sulit / tantangan percayalah bahwa semua itu sudah seijin Tuhan dengan tujuan menumbuhkan iman kita kepada-Nya

3. Ada waktu dimana kita harus menghadapi tuduhan-tuduhan
Maz 23 : 5 ada teks yang mengatakan "dihadapan lawan", teks ini memberi gambaran kepada kita bahwa kehidupan orang percaya tidak terlepas dari roh-roh jahat yang selalu berusaha untuk "mengalahkan" orang percaya, dengan cara menuduhkan hal-hal yang fiktif, memfitnah orang percaya juga memberi rasa iri hati, kecemburuan terhadap orang lain, sehingga menimbulkan hati yang benci kepada keberhasilan / keberuntungan orang lain disekitar kita. Tuhan mengerti benar akan hal ini, sehingga Ia memberi penolong kepada kita untuk selalu mengingatkan kita akan hal-hal tersebut yaitu Roh Kudus.
Dengan memahami bahwa kehidupan orang percaya tidak selalu berada dalam situasi yang baik, namun bisa berada juga dalam situasi yang tidak baik, maka kita dapat mengantisipasi segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan kita sebagai orang percaya, sebab Tuhan selalu menopang kita dan memberi perlindungan kepada kita. Dalam lindungan Tuhan kita akan aman.

Bahan sharing EF:
- Dalam situasi apa kita sering goyah imannya?
- Situasi apa yang sedang kita alami sekarang?  Coba ceritakan!!


Sumber:
GBI ECCLESIA

FAEDAH IMAN

Iman adalah bagian yang sangat penting dalam kehidupan Kristen. Dengan iman, kita mengerti bahwa firman Allah itu hidup dan berkuasa. Iman adalah asset yang dimiliki oleh orang percaya dan melalui iman tersebut orang percaya dapat mengerjakan banyak hal dalam hidup ini.

Apa faedah iman dalam kehidupan Kristen?
1. Iman memampukan kita mengambil keputusan dengan tepat  (Ibr. 11:24)
Iman akan menjadi dasar yang kokoh dan benar ketika seseorang akan membuat keputusan-keputusan penting dalam hidupnya. Ada banyak keputusan, baik yang beresiko kecil atau besar yang harus kita buat dalam kehidupan ini.

2. Iman memberi keberanian untuk menderita demi kebenaran  (Ibr. 11:25).
Iman Hidup benar dan taat melakukan firman Tuhan membutuhkan pengorbanan. Dalam kehidupan ini, seringkali iman kita harus mengalami ujian melewati berbagai hal yang tidak menyenangkan. Orang yang memiliki iman yang hidup akan memiliki kekuatan untuk menghadapi berbagai penderitaan hidup.

3. Iman memberi upah yang pasti, yaitu hidup kekal  (Ibr. 11:26).
Alkitab menunjukkan kepada kita tentang arah kehidupan orang percaya, bukan hanya hidup untuk saat ini tetapi untuk hidup yang kekal. Kepastian hidup kekal di dalam iman kepada Tuhan Yesus akan memberikan kepastian kepada setiap orang percaya tentang arah kehidupannya. Karena itu, iman akan membuat setiap orang percaya meyakini pengharapan kekal di dalam Kristus.

4. Iman melenyapkan ketakutan  (Ibr. 11:27)
Ada banyak hal dalam kehidupan yang dapat menjadi alasan untuk kita takut.  Kejahatan dimana-mana, kehidupan yang semakin sulit dan berbagai malapetaka membuat kekuatiran dan ketakutan manusia saat ini. Tetapi bagi orang-orang yang beriman, iman akan menolongnya untuk tetap percaya pada pertolongan Tuhan dalam segala situasi,  sehingga dia dapat tentang karena meyakini adanya mujizat Tuhan dan pembelaan Tuhan dalam kehidupannya sekalipun dalam situasi yang menakutkan.

Bahan sharing:
- Apakah faedah iman dalam kehidupan kita?
- Bagaimana agar iman kita mengalami pertumbuhan?


Sumber :
GBI ECCLESIA

Kamis, 27 Oktober 2016

LEBIH DARI ORANG-ORANG YANG MENANG

Roma 8:37


Apa yang dimaksud dengan "tetapi dalam semuanya itu kita lebih daripada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita" teks ini jika dijabarkan secara sepihak tanpa melihat latar belakang dari penempatannya pada Kitab Roma, maka akan diperoleh sebuah pengertian yang "bebas" seperti kita akan menang dari kemiskinan, kesusahan menjadi hidup diberkati berlimpah-limpah. Pernyataan seperti ini menunjukkan bahwa kita tidak memahami secara tepat apa yang dimaksudkan dengan KITA LEBIH DARI ORANG-ORANG YANG MENANG.

Dalam budaya perang orang romawi, jika istilah ini digunakan itu berarti berlaku bagi semua warga sipil yang tidak ikut dalam peperangan membela Negara dimedan pertempuran, mereka hanyalah orang-orang yang berdiam diri diwilayah kenegaraannya dan menantikan kabar dari medan perang yang akan dibawa oleh seorang pengantar berita atau yang dikenal dengan istilah kurir. Jika kurir menyampaikan bahwa peperangan telah dimenangkan oleh prajurit romawi, maka warga sipil akan bergembira dan merayakan kemenangan ini sama seperti prajurit-prajurit yang telah berperang itu. Maka istilah kita lebih dari pemenang ini dikenakan kepada warga sipil sebab orang-orang ini tidak perlu berperang namun mereka dapat merayakan kemenangan yang tidak mereka usahakan itu.

Dalam konteks Roma 8:37 kalimat kita lebih dari orang-orang yang menang berarti kita memperoleh sesuatu yang lebih dari kegembiraan, kesenangan, sukacita karena kemenangan dimedan perang yang tidak diusahakan, bahkan kelepasan dari ancaman ditawan musuh atau menjadi bangsa yang dijajah yaitu sebuah kemerdekaan abadi dari jajahan dan maut oleh karena dosa. Dan hal ini tidak kita usahakan,  namun kita peroleh secara cuma-cuma atau gratis lewat pengorbanan Yesus Kristus di atas kayu salib. Jadi ketika teks pada Roma 8:37 mengatakan bahwa kita lebih dari orang-orang yang menang ini berarti kita memperoleh suatu sukacita yang lebih tinggi dan sukacita yang diperoleh karena kemenangan perang yakni rasa sukacita karena kemenangan atas dosa yang membawa kepada kehidupan yang kekal yang tidak kita usahakan atau kerjakan sendiri. Jadi KITA LEBIH DARI ORANG-ORANG YANG MENANG,  karena kita menang atas dosa, dan kemenangan atas dosa tersebut membuat kita dapat memiliki hidup kekal. Dan hal ini lebih bernilai dan berharga dari sebuah kemenangan perang didunia ini yang tidak menjamin keamanan, ketentraman kita selamanya bahkan tidak membawa kepada kehidupan yang kekal.

Memahami latar belakang penempatan teks-teks pada Roma 8:37 membuat kita mengerti bahwa kalau kita sudah hidup tidak terikat dan berbuat dosa lagi, baru kita dapat berkata bahwa SAYA LEBIH DARI ORANG-ORANG YANG MENANG.  Teks pada Roma 8:37 ini juga menggambarkan bahwa memperoleh kemenangan atas dosa itu lebih dari kesenangan,  kegembiraan karena memperoleh harta benda, kedudukan, kesehatan yang baik, sebab semuanya itu tidak dapat dibandingkan dengan kehidupan yang kekal yang diperoleh karena kelepasan dari dosa. Kemenangan Yesus Kristus diatas kayu salib membuat kita menyadari bahwa dosa tidak lagi berkuasa atas orang percaya dan orang percaya dapat melakukan dosa itu dan tidak lagi hidup berbuat dosa. Kita adalah orang-orang yang lebih dari pemenang, jadi jangan takluk lagi dibawah kuasa dosa namun taklukkanlah diri kita dibawah kasih karunia Tuhan Yesus.

Bahan sharing :
- Menurut pendapat saudara darimana datangnya dosa?
- Apakah dosa dapat memutus kasih karunia Tuhan dalam hidup kita?


Sumber:
GBI ECCLESIA

PENGARUH MORAL


Ketika aku mendengar perkataan itu, maka aku mengoyakkan pakaianku dan jubahku dan mencabut rambut kepalaku dan janggutku dan duduklah aku tertegun.  Ezra 9:3

Ezra mendapat wewenang dari raja wilayah Yehuda untuk menghukum mereka yang telah berzinah. Dalam menangani permasalahan umat, ia tidak menggunakan kekuasaan sekuler,  tetapi menggunakan pengaruh moral. Kesedihan pribadinya yang mendalam telah menggerakkan dan mempengaruhi hati orang lain juga gentar terhadap Firman Tuhan.

Bukan jari telunjuk tetapi air mata. Itulah yang dilakukan Ezra. Ia tidak menunjukkan jarinya sebagai tanda menghakimi bangsa Yehuda. Ia mengeluarkan air mata bukan bagi mereka yang berdosa, tetapi air mata kesedihan yang menunjukkan bahwa umat Tuhan sudah mendukakan Allah dan sudah gagal lagi. Sikap demikianlah yang yang seharusnya dimiliki oleh orang Kristen bila melihat saudara seiman berbuat dosa. Bukan menunjukkan jari kepada mereka sebagai penghakiman, tetapi biarlah hati kita remuk dan menyesal, dan mengungkapkan pengakuan bahwa tanggung jawab kita bersama untuk saling mengingatkan, menjadi kudus, dan menjaga kekudusan sebagai umat Allah. Dengan kata lain semua bertanggung jawab atas dosa yang dilakukan oleh masyarakat Kristiani. Kunci pembaharuan rohani adalah rasa malu yang sungguh dan kesedihan yang mendalam atas dosa yang dilakukan orang lain. Lebih baik menangis atas perbuatan orang lain daripada harus berteriak-teriak menghakimi dan menghukum dia.

Keseimbangan pengajaran dan praktek hidup. Penerapan pengajaran Firman Tuhan tidak akan tercapai bila dalam pelaksanaannya masih dilibatkan unsur-unsur tekanan dan paksaan. Hal yang manjur dan efektif dalam penerapan Firman Tuhan, seperti yang diterapkan oleh Ezra adalah menggunakan pengaruh moral dengan menyelaraskan antara pengajaran dan praktek hidup.

Tidak mudah menerapkan pengaruh moral melalui keselarasan pengajaran dan praktek hidup. Namun dengan memahami bahwa kita bertanggungjawab atas dosa yang dilakukan orang lain, kita pun termotivasi untuk mempraktekkan pengajaran yang benar.

Bahan sharing :
- Bagaimana seharusnya sikap kita ketika kita mengetahui bahwa saudara seiman kita hidupnya tidak berkenan kepada tuhan?
- Apa yang memampukan kita untuk berani menerapkan Tuhan yang telah kita terima?


Sumber:
GBI ECCLESIA

HIDUP BERKENAN

Ayub 42:1-2

"Maka jawab Ayub kepada Tuhan; 'aku tahu,  bahwa engkau sanggup melakukan segala sesuatu,  dan tidak ada rencanaMu yang gagal". Teks ini adalah ungkapan pernyataan Ayub kepada Allah dalam Ay 42:1-2, yang didasari atas apa yang dialaminya. Untuk dapat memahami maksud dan pernyataan Ayub ini, maka kita harus melihat secara keseluruhan apa yang terjadi dengan kehidupan Ayub, sehingga kita tidak salah menafsirkan maksud dari teks ini dan tidak salah menerapkan pada kehidupan kita.

Ketika Ayub berkata bahwa Engkau sanggup melakukan segala dan tidak ada rencanaMu yang gagal dia sedang merujuk kepada keberadaan dirinya secara pribadi dimana dalam satu masa Ayub hidup sebagai orang yang berkelimpahan, terpandang, memiliki keluarga yang baik, anak-anak yang sehat dan istri yang cantik, namun dalam sekejap semua itu berubah secara drastis, Ayub menjadi terhina, keadaan fisiknya buruk karena penyakit,  anak-anaknya meninggal secara mendadak, harta kekayaannya habis, istrinya berpaling meninggalkan dia, sahabat-sahabatnya mempersalahkan dia, sanak keluarganya meninggalkan dia, Ayub yang tadinya masyur sekarang menjadi pesakitan. Keadaan sulit yang dialami Ayub ini telah membuat dia menyadari bahwa Allah berkuasa penuh atas kehidupan orang-orang yang di kenan-Nya sehingga hampir dalam sebagian besar kitab Ayub, kita dapat melihat bagaimana pernyataan-pernyataan Ayub tentang dirinya dan kebesaran Allah yang mengindikasikan bahwa Allah yang berkuasa penuh kepada orang-orang yang dikenan-Nya.

Jadi berdasarkan peristiwa-peristiwa yang di alami Ayub, maka ketika Ayub berkata Engkau sanggup melakukan segala sesuatu dan tidak ada rencanaMu yang gagal hal ini berarti Allah yang berkuasa atas kehidupan setiap orang yang dikenan-Nya dan hal itu bisa berarti kehidupan orang-orang yang tersebut harus sesuai dengan keinginan Tuhan, terserah Tuhan mau dijadikan seperti apa atau dengan kata lain suka-suka Tuhan.

Ketika kita memahami secara benar apa yang dimaksud dengan Engkau sanggup melakukan segala sesuatu dan tidak ada rencanaMu yang gagal menurut konteks kitab Ayub, maka kita akan melihat secara benar tentang kehidupan kita dan menjalani dengan taat yang disertai dengan Iman yang teguh bahwa Allah tidak mungkin melukai orang-orang yang berkenan kepadaNya. Allah tidak mungkin membiarkan orang-orang yang memandang Dia sebagai harta satu-satunya yang paling berharga menjadi orang-orang yang paling susah dan tidak berdaya.  Oleh sebab itu apapun yang terjadi dengan kehidupan kita hari ini, jangan melihat itu sebagai satu-satunya alasan untuk menilai baik/buruk, beruntung/tidak kehidupan kita ini, namun yang mesti kita temukan adalah APAKAH KITA ADALAH TERMASUK ORANG-ORANG YANG DIKENAN ORANG?  Kalau kita sudah menemukan hal tersebut, maka kita pasti sanggup menghadapi apapun yang terjadi dalam hidup ini, dengan hati, pikiran dan sikap yang sesuai dengan keinginan Allah.

Bahan sharing :
- Menurut pendapat kita mengapa Allah mengijinkan situasi yang sulit terjadi atas hidup ini?
- Menurut pendapat kita faktor apakah yang menunjukkan bahwa seseorang berkenan kepada Allah?



Sumber:
GBI ECCLESIA